Apa Kabar Para Akademia Akademi Fantasi Indosiar?

Tanpa Album, Honor Micky Ditawar melulu
Sukses Akademi Fantasi Indosiar (AFI) membawa para Akademia (sebutan bagi pesertanya) ke puncak popularitas. Gemerlap panggung hiburan, dielu-elukan penggemar, layar sinetron hingga film pernah mereka akrabi. Namun, masa jaya itu tidak kekal. Ke mana para Akademia itu setelah "lulus" dari program acara yang pernah merajai rating tersebut?
-----------

Kontrak berakhir, berakhir pula fantasi bintang-bintang AFI. Tidak lagi dituntun, mereka harus menelusuri rimba hiburan yang penuh dengan semak persaingan. Dengan membawa nama sendiri, ada yang masih eksis. Tapi, tidak sedikit yang harus memulai semuanya dari awal lagi.




Tika dan Tiwi dalam duo T2 dan Tia (juara AFI 2) boleh disebut contoh alumni AFI yang bisa eksis. Mempertahankan predikat penyanyi, wajah mereka masih akrab bagi pemirsa TV. Hit OK! dan Lelaki Cadangan milik T2 malah unggul di beberapa tangga lagu acara TV maupun radio.

Namun, predikat jebolan AFI tidak lantas jadi jaminan. Beberapa nama bahkan harus rela hilir mudik dari satu casting ke casting lainnya sekadar memburu kesempatan main sinetron atau iklan. Micky, juara tiga AFI 2, misalnya.

Tidak memikirkan gengsi, pria asal Pekan Baru itu mengaku sekarang rajin mengikuti casting meski sebagian besar di antaranya tidak menuai hasil yang diinginkan. Kecewa? Tidak juga. Menurut dia, tidak lolos casting bukanlah indikator kekurangan kualitas seseorang.

"Selama ini, banyak yang keliru. Orang yang nggak lulus casting bukan berarti jelek. Yang lulus pun belum tentu yang terbaik. Casting itu adalah pencocokan karakter. Kalau nggak diterima, berarti orang itu belum cocok dengan karakter yang dibutuhkan. Aku sih berbesar hati saja," terang Micky.

Kekuatan yang dia miliki sekarang, kata Micky, tidak terlepas dari pembekalan yang dia terima pada masa karantina AFI. Kala itu, masing-masing Akademia diberi pelatihan sebelum berdiri dengan kaki sendiri.

"Saat masih terikat kontrak pun, kami masih dilatih. Pada tahun pertama, kami memang tidak boleh menerima job dari luar. Tahun kedua sudah boleh, tapi dibatasi. Tahun ketiga sudah dibebaskan sepenuhnya. Jadi, begitu kontrak selesai, kami nggak begitu kaget lagi," papar Micky yang kontraknya dengan manajemen Indosiar berakhir Mei 2007.

Saat ini, Micky tinggal di sebuah kamar kos kawasan Wijaya, Jakarta Selatan. Ruang ber-AC seluas 3 x 5 meter yang ditempati Micky tersebut tertata rapi. TV plasma 29 inci dan home theater tampak mentereng di salah satu sisi kamar. Di salah satu rak, tampak tumpukan kepingan DVD koleksi Micky. Di atas rak itulah, dia meletakkan laptop yang biasa dia gunakan untuk menyimpan lagu yang dia karang saat senggang.

Di kamar itulah, Micky menghabiskan hari-harinya jika sedang tidak ada jadwal nyanyi. Jika sedang ada even besar, jadwal Micky bisa terisi penuh untuk seminggu. Namun, ada kalanya juga dalam satu bulan dia tidak nyanyi sama sekali.

Saat ini, Micky lebih sering tampil di luar kota, bahkan luar Jawa. Bukan kebetulan. Pria yang berulang tahun tiap 2 Oktober tersebut sengaja membidik daerah seperti Kalimantan, Sulawesi, maupun Sumatra yang menurut dia masih potensial baginya. "Animo masyarakat di daerah masih lumayan besar. Kalau di Jakarta, biasa banget. Perguliran artis di Jakarta cepat banget. Kalau di daerah, yang penting artis pernah masuk TV. Yang nonton pasti banyak," papar cowok ganteng itu.

Micky tidak menggunakan jasa manajer. Segala sesuatu, mulai mencari job, negosiasi harga, mengatur jadwal, hingga keperluan panggung dia urus sendiri. Soal honor, Micky mengaku sulit menentukan standar. "Susah. Apalagi, aku dipandang belum punya album (solo). Ditawar-tawar melulu. Ya, aku sih maklum saja," ujarnya.

Dia punya cara sendiri untuk memasarkan keahliannya. "Kalau ada acara, aku bagikan kartu nama ke orang-orang," tutur Micky.

Karir Micky memang tidak semengilap dulu. Namun, bukan berarti dia kecewa dengan yang dia miliki sekarang. Dibandingkan saat sebelum masuk AFI, toh apa yang dia punya sekarang jauh lebih baik. Micky menyebut bahwa apa yang dialaminya sekarang merupakan bagian dari perputaran roda kehidupan.

"Kalau sekarang pamor aku turun, ya karena memang sudah waktunya. Bukan aku nggak usaha. Tapi, kadang, justru momen menjadi orang biasa yang nggak dikenalin orang itulah yang bikin aku kangen. Bisa punya kehidupan sendiri tanpa ada yang sibuk ngajak foto atau tanda tangan. Aku menikmati itu," ungkapnya.

Apa pernah merasa minder dengan kondisi saat ini? "Pernah. Contohnya, kayak waktu penyelenggaraan FFI (Festival Film Indonesia 2007 di Pekan Baru) lalu. Aku datang ke sana. Aku ada di tengah para artis senior. Ternyata, banyak di antara mereka yang nggak kenal aku sama sekali. Tapi, kedatangan aku ke situ memang bukan untuk nunjukkin aku siapa, tapi untuk memotivasi diri," kisah Micky yang mengaku sering merasa rindu dengan gemerlap dan ingar-bingar kemewahan panggung yang pernah dia cicipi dulu.

Impian terbesar Micky dalam karir saat ini adalah membuat album solo dan ambil bagian dalam pembuatan film layar lebar. "Nggak perlu jadi pemain. Jadi, krunya juga aku mau. Di luar itu, aku mau menabung untuk berangkat haji bareng orang tua," tuturnya.




-Jawapos Online-

0 -Yukz Coment-: