Dampak hujan :( selama tiga pekan ini

Di Karanganyar 61 Tewas dan Hilang, di Wonogiri 17 Orang
SOLO - Musibah beruntun menimpa negeri ini. Banjir, air laut pasang, dan tanah longsor kemarin terjadi di sejumlah daerah di Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan NTB. Korban berjatuhan di mana-mana. Insiden di eks Karesidenan Surakarta yang paling parah. Paling tidak 75 orang hilang terkubur tanah longsor atau terbawa banjir di Kabupaten Karanganyar dan Wonogiri.

Di Karanganyar, kabupaten yang terletak di sisi barat lereng Gunung Lawu, kondisinya paling menyedihkan. Wilayah tersebut diguyur hujan lebat sejak pukul 07.00. Hujan dan angin kencang tiada hentinya selama lima jam.




Ada enam titik longsor di sini. Longsor di Dusun Ledoksari, Desa Mogol, Kecamatan Tawangmangu, paling banyak memakan korban. Sekitar 36 warga terkubur reruntuhan Bukit Kempong yang berada di belakang kampung. Desa itu hanya tiga kilometer di selatan tempat wisata Tawangmangu.

Lalu longsor di Desa Gempolan, Kecamatan Kerjo, mengakibatkan 4 warga hilang, di Kecamatan Jatiyoso 5 orang hilang, dan di Kecamatan Ngergoyoso 3 orang tewas. Di Kecamatan Jumapolo 8 orang hilang, di Kecamaten Matesih 4 tewas, dan di Kecamatan Jenawi seorang tewas. Semua daerah itu berada di Karanganyar yang terletak di lereng Gunung Lawu. Musibah di berbagai tempat itu rata-rata terjadi pukul 04.00 hingga 04.30.

Diperkirakan masih ada lagi korban hilang atau tewas yang belum terdata. Itu karena sulitnya komunikasi dan tidak lengkapnya data penduduk. Situasi alam yang tak bersahabat membuat tim evakuasi dan tim pendata tak bisa bergerak cepat.

Di Dukuh Mogol, tempat musibah paling banyak menelan korban, terjadi dua kali longsor. Pertama, pukul 02.00. Reruntuhan awal dari Bukit Kempong itu menimpa lima rumah. Tak ada korban tewas. Warga yang mengetahui musibah itu berdatangan memberi bantuan, termasuk membersihkan rumah.

Usai membantu, mereka beristirahat di rumah Mbah Warso. Nah, sekitar pukul 04.00 muncul longsor berikutnya. Reruntuhan itulah yang menimpa para warga yang bergotong royong tadi. Mereka tak bisa menyelamatkan diri karena begitu cepatnya peristiwa itu. Mereka yang melepas lelah sembari ngobrol itu tak mampu berbuat apa-apa. Dalam hitungan menit mereka terkubur hidup-hidup. Total 36 orang hilang, termasuk 16 orang yang beristirahat di rumah Mbah Warso.

Untungnya, sebagian warga yang bergotong royong itu langsung pulang sebelum muncul longsor kedua. Mereka balik ke rumah masing-masing gara-gara listrik padam.

Sulitnya medan membuat proses evakuasi berjalan sangat lamban. Hingga pukul 17.00, baru lima jenazah di Mogol yang bisa diangkat dari reruntuhan longsor itu.

Selain melongsorkan lereng bukit Kempong, hujan deras meruntuhkan lereng bukit di sebelah selatan jalan raya Karanganyar-Tawanmangu, tepatnya di Desa Plumbon, Kecamatan Karangpandan. Tanah merah ribuan meter kubik menimbun badan jalan tersebut.

Lalu lintas macet total. Hal itulah yang menyebabkan proses evakuasi korban di Desa Mogol terhambat. Sebab, alat berat tidak dapat masuk ke lokasi.

Hingga kemarin petang, pencarian korban hanya dilakukan dengan peralatan ala kadarnya. Puluhan anggota TNI dan Polri serta masyarakat setempat bahu-membahu mengevakuasi korban. "Evakuasi dilakukan dengan cara tradisional. Alat berat belum bisa masuk. Saya sudah kerahkan anggota polisi. Rekan-rekan dari TNI juga sudah turun membantu," kata Kapolwil Surakarta Kombepsol Yotje Mende di lokasi.

Selain di Karanganyar, murka alam memakan sedikitnya 17 orang tewas akibat longsor di Wonogiri. Puluhan rumah hanyut terbawa air, ratusan lainnya rusak berat dan ringan akibat terendam banjir.

Puluhan jembatan putus, sedangkan ratusan hektare lahan pertanian terendam. Korban jiwa jatuh di dua kecamatan, Tirtomoyo dan Manyaran. Di Tirtomoyo, sampai kemarin sore 16 orang tewas akibat tanah longsor. Musibah itu terjadi di tiga lokasi, yaitu Dusun Semangin, Desa Sendang Mulyo serta di Dusun Pagah dan Dusun Sanggrahan, Desa Hargantoro.

Di Semangin, longsoran bukit menyebabkan sedikitnya 24 rumah di RT 2 RW 4 rusak. Tujuh rumah di antaranya tertimbun total. Tujuh warga setempat sampai kemarin sore belum ditemukan. Mereka diyakini tertimbun longsoran.

Di Dusun Pagah dan Sanggrahan, tanah longsor menimbun sedikitnya 9 rumah dan membawa 9 korban jiwa. Dari jumlah korban itu, baru jasad Ernawati dan Kariyem yang ditemukan. "Kejadiannya sekitar pukul 03.00 Mas," kata seorang warga.

Lokasi bencana di Pagah dan Sanggrahan lebih sulit dijangkau. Pasalnya, material longsoran menimbun total jalan masuk ke dua dusun itu. Alhasil, jalan itu berubah menjadi timbunan lumpur dengan air yang mengalir deras. Lokasi bencana hanya bisa ditempuh dengan jalan kaki.

Selain di Tirtomoyo, tanah longsor yang membawa korban jiwa terjadi di Dusun Kopen, Desa Bero, Kecamatan Manyaran. Kepala Desa Bero Joko Pramono mengatakan, tanah longsor di Kopen menimbun tiga rumah, yakni milik Sido, Karsowiyono, dan Martowiyono.

Saat bencana terjadi, Karsowiyono dan Martowiyono bersama keluarga bisa menyelamatkan diri. Tapi, Sido ketiban sial. Pria yang semua keluarganya berada di Jakarta itu tertimbun tanah bersama rumah dan harta bendanya. Sampai kemarin petang jasad Sido belum ditemukan. "Tanah yang longsor sekitar 5 hektare," kata Joko.

0 -Yukz Coment-: